Contoh Peninggalan Sejarah Provinsi Sumatera Utara


Hello Guys, Welcome Back in yaudahkasideh blog. Hasyiap, kali ini kita ngomongin tentang Contoh Peninggalan Sejarah Provinsi Sumatera Utara and tanpa berlama lama, Yaudahkasideh!!!


Sumatera Utara (SUMUT) adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera, Indonesia dan beribukota di Medan. Berikut ini beberapa Peninggalan Sejarah Provinsi Sumatera Utara (SUMUT).


Benteng Jepang Batubara

Benteng Jepang Batubara
Benteng Jepang Batubara
Benteng Jepang Batubara, lokasinya terletak di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh. Meski hanya memiliki luas 4,8 x 2,6 meter, bangunan tua yang dimakan oleh zaman ini adalah pertahanan pertama bangsa Jepang ketika melakukan expansi ke wilayah Sumatera Utara  Hal tersebut tentu menambah nilai sejarah dari keberadaan penjajah ke Sumatera Utara. Masyarakat di sekitar Pantai Parupuk lebih mengenal objek wisata ini dengan nama Lubang Jepang, keberadaanya yang terletak di tepi pantai Parupuk tentu anda sekaligus dapat menikmati panorama bahari kab Batubara yang berhadapan langsung dengan Selat Melaka ini.


Benteng Putri Hijau

Benteng Puri Hijau
Benteng Puri Hijau
Benteng Putri Hijau terletak di Dusun XI, Kecamatan Deli Tua. Kalangan arkeolog menyebutkan, Benteng Putri Hijau dibangun dari tanah mengikuti topografi yang berdekatan dengan sungai dan memanfaatkan kontur tanah dengan kearifan lokal. Di benteng ini banyak di antara pengunjung yang berekreasi untuk mandi sambil menikmmati segarnya air di bekas lokasi pemandian putri raja dari Kerajaan Aru di abad XVI dan XVII itu.


Biaro Bahal

Candi Bahal, Biaro Bahal, atau Candi Portibi
Candi Bahal, Biaro Bahal, atau Candi Portibi
Candi Bahal, Biaro Bahal, atau Candi Portibi adalah kompleks candi Buddha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan atau berjarak sekitar 400 km dari Kota Medan.

Candi ini terbuat dari bahan bata merah dan diduga berasal dari sekitar abad ke-11 dan dikaitkan dengan Kerajaan Pannai, salah satu pelabuhan di pesisir Selat Malaka yang ditaklukan dan menjadi bagian dari mandala Sriwijaya. Memiliki Tiga bangunan kuno yaitu Biaro Bahal I, II dan III. Saling berhubungan dan terdiri dalam satu garis yang lurus.

Biaro Bahal I yang terbesar. Kakinya berhiasan papan-papan sekelilingnya yang berukiran tokoh yaksa yang berkepala hewan, yang sedang menari-nari. Rupa-rupanya para penari itu memakai topeng hewani seperti pada upacara di Tibet. Di antara semua papan berhiasan itu ada ukiran singa yang duduk Di Bahal II pernah ditemukan sebuah Arca Heruka yaitu Arca Demonis yang mewujudkan tokoh pantheon Agama Buddha aliran Mahayanan, sekte bajrayana atau tantrayana. Heruka berdiri di atas jenazah dalam sikap menari; pada tangan kanannya ada tongkat. Bahal III berukiran hiasan daun.

Candi ini diberi nama berdasarkan nama desa tempat bangunan ini berdiri. Selain itu nama Portibi dalam bahasa Batak berarti 'dunia' atau 'bumi' istilah serapan yang berasal dari bahasa sansekerta: Pertiwi (dewi Bumi).


Candi Portibi adalah peninggalan dari Kerajaan Hindu Panai yang memerintah sekitar tahun 1039.


Istana Maimun atau Istana Deli

Istana Maimun atau Istana Deli
Istana Maimun atau Istana Deli
Istana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara, terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.

Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan.

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak bebas dari kawasan Pedagang kaki lima.



Makam Batu Raja-Raja Batak

Makam Raja Batak
Makam Raja Batak
Makam Batu Raja-Raja berupa makam dengan arsitektur yang unik berupa peti yang dipahat ataupun terlihat seperti sebuah tugu yang cukup besar.

Terletak di pulau Samosir, pulau yang terdapat di tengah perairan Danau Toba ini merupakan pusatnya kebudayaan Batak sejak zaman Siraja Batak, yang merupakan nenek moyang dari etnis Batak hingga saat ini. Bahkan makam-makam tersebut mencerminkan ciri khas budaya Batak.

Diantara makam-makam yang terdapat di Pulau Samosir, ada sebuah makam yang cukup populer karena merupakan makam dari seorang tokoh masyarakat Batak yang pernah berkuasa di sekitar Pulau Samosir, tepatnya di daerah Tomok. Makam tersebut adalah Makam Raja Sidabutar, yang kini telah dijadikan objek wisata sejarah di Tano Batak oleh DinasPariwisata.

Menurut catatan sejarah, Raja Sidabutar adalah orang pertama yang bermukim di Tomok dari Gunung Pusuk Buhit, yang dikenal oleh masyarakat sebagai daerah asalnya nenek moyang etnis Batak.

Berbagai sumber
Baca artikel lain tentang:

Share:


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar