Hello Guys, Welcome Back in yaudahkasideh blog. Hasyiap, kali ini kita ngomongin tentang Contoh Peninggalan Sejarah di Provinsi Bengkulu and tanpa berlama lama, Yaudahkasideh!!!
Bengkulu (bahasa Inggris: Bencoolen) adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bengkulu. Provinsi ini terletak di bagian barat daya Pulau Sumatera.
Sejarah
Di wilayah Bengkulu pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa inggris "Cut Land" yang berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Sejak tahun 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Pada masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi istrinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatera Selatan. Baru sejak tanggal 18 November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi provinsi ke-26 (termuda sebelum Timor Timur).
Peninggalah sejarah di Bengkulu:
Benteng Marlborough (Fort Marlborough)
Marlborough masih berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa Hindia Belanda tahun 1825-1942, Jepang tahun 1942-1945, dan pada perang kemerdekaan Indonesia. Sejak Jepang kalah hingga tahun 1948, benteng itu manjadi markas Polri. Namun, pada tahun 1949-1950, benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda. Setelah Belanda pergi tahun 1950, benteng Marlborough menjadi markas TNI-AD. Hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.
Rumah/Tempat Tinggal Pengasingan Bung Karno
Masjid Jami’ di Bengkulu
Luas bangunan utama masjid ini 14,65x14,65 m, sedangkan luas serambinya adalah 11,46x7,58 m.
Tugu Thomas Parr (Thomas Parr Monument)
Bengkulu jatuh dibawah kekuasaan Perusahaan Hindia Timur Inggris pada abad ke-17. Perusahaan tersebut membangun sebuah benteng, Benteng Marlborough, dan mulai memerintah wilayah tersebut. Pada 1805, Thomas Parr dilantik menjadi Residen Bengkulu.
Tugu Thomas Parr berbentuk oktagonal, yang meliputi wilayah seluas 70 square meter (750 sq ft). Tugu tersebut memiliki tinggi dengan ukuran 135-meter (443 ft) dengan sebuah kubah diatasnya. Karena kubah tersebut, tugu tersebut juga dikenal oleh orang lokal sebagai "Kuburan Bulek".
Tugu Thomas Parr terletak di sepanjang Jalan Ahmad Yani, di subdistrik Kampung Cina di Kota Bengkulu, Bengkulu. Tempat tersebut tidak jauh dari pusat kotanya dan mudah diakses.
Monumen tersebut berjarak sekitar 170 meter (560 ft) dari tenggara Benteng Marlborough, bekas tempat pertahanan Inggris di wilayah tersebut. Tempat tersebut aslinya berada di dekat bangunan-bangunan yang dibangun pemerintahan Perusahaan Hindia Timur dan dewa pemerintahan Inggris. Namun, wilayah tersebut kemudian menjadi tempat komersial, dengan beberapa toko dan sebuah kantor pos yang terletak di dekat tugu tersebut.
Kampung Cina/Tionghoa
Kampung tionghoa adalah sebuah tempat yang memiliki 20 buah bangunan rumah dengan corak arsitektur khas Tionghoa. Bangunan ini terletak di sebelah selatan bangunan benteng Marlborough. Bangunan yang terletak di Malabero, Tlk. Segara, Kota Bengkulu, Bengkulu 38119 ini telah ada semenjak masa Kolonial Inggris di Bengkulu. Salah satu aspek yang kental dari bangunan khas Tionghoa adalah atap lengkung dan pola jendela yang di atasnya terdapat semacam ventilasi udara. Keberadaan kampung ini menjadi salah satu bukti bagi para sejarawan, bahwa bangsa Tionghoa telah ada di Indonesia sebelum abad ke-18.
Makam/Persemayaman Panglima Sentot Ali Basya
Sentot Prawirodirdjo (1807 - Bengkulu, 17 April 1855) yang juga di kenal sebagai Sentot Ali Pasha, atau orang-orang mengenalnya sebagai Sentot Ali Basha. Adalah seorang panglima perang pada masa Perang Diponegoro. Ia adalah putra dari Ronggo Prawirodirjo, ipar Sultan Hamengku Buwono IV. Ayahnya dianggap pemberontak karena melawan Belanda dan terbunuh oleh Belanda yang saat itu dipimpin oleh Daendels. Dengan kematian ayahnya, Sentot Prawirodirdjo merasa dendam kepada Belanda sehingga akhirnya bergabung dengan Pangeran Diponegoro.
Gelar Ali Pasha yang juga berarti Panglima Tinggi didapatkan Sentot Prawirodirjo oleh kerajaan Turki saat dia belajar ilmu kemiliteran dan perang di turki.
Dalam perjuangannya melawan penindasan kerajaan Belanda di tanah jawa Sentot Prawirodirdjo akhirnya dibujuk Belanda untuk meletakkan senjata pada tanggal 1829 dan dikirim ke Sumatera Barat untuk melawan pemberontakan para ulama dalam Perang Padri. Namun itu semua tidak lain merupakan strategi yang monumental dari Sentot dalam upaya mendapatkan persenjataan dari kerajaan Belanda, untuk digunakan dalam membantu perjuangan Tuanku Imam Bonjol melawan penjajahan Belanda dan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah dalam Perang Padri.
Sentot Prawirodirjo wafat dalam usia 48 tahun dalam pembuangannya oleh Belanda di Bengkulu.
Rumah Fatmawati
Rumah kediaman Ibu Fatmawati ini terbuat dari kayu bercat cokelat dan terlihat sangat sederhana. Berbentuk panggung seperti rumah jaman dulu di kawasan Bengkulu, patung setengah badan Ibu Fatmawati menyambut di halaman.
Dihiasi bendera merah putih, di halaman yang berukuran tidak terlalu besar itu berdiri sebuah panggung.
Di salah satu ruangan, terdapat mesin jahit berwarna merah yang terlihat usang termakan usia. Dari keterangan yang diberikan Marwan, mesin jahit inilah yang digunakan Ibu Fatmawati untuk menjahit bendera pusaka di Jakarta.
Kantor Pemerintahan Thomas Stamford Raffles / Gedung Daerah, rumah Raffles di Bengkulu
Bangunan ini terletak sekitar 300 meter ke arah Utara Benteng Marlborough. Diantara kedua bangunan penting ini terdapat Tugu Thomas Parr yang merupakan salah satu monumen penting baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa Indonesia. Konon cerita pada masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur ini dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah Tugu thomas Parr.
Makam Inggris (the Christian Cemetery)
Area makam Inggris tadinya ada sekitar 1.000 nisan berbagai ukuran yang artistik dan monumental. Luasnya kurang lebih 4,5 hektare. Namun kabarnya, kini hanya tersisa 53 makam. Lahan makam sebagian sudah dibangun gereja dan bangunan lain, juga rumah tinggal.
Sumber:
Baca artikel lain tentang:
Sejarah
Sejarah
Di wilayah Bengkulu pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa inggris "Cut Land" yang berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Sejak tahun 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Pada masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi istrinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatera Selatan. Baru sejak tanggal 18 November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi provinsi ke-26 (termuda sebelum Timor Timur).
Peninggalah sejarah di Bengkulu:
Benteng Marlborough (Fort Marlborough)
Benteng Marlborough (Inggris:Fort Marlborough) adalah benteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah benteng St. George di Madras, India. Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi samudera Hindia. Benteng ini pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu; sehingga penghuninya terpaksa mengungsi ke Madras. Mereka kemudian kembali tahun 1724 setelah diadakan perjanjian. Tahun 1793, serangan kembali dilancarkan. Pada insiden ini seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas. Dan kemudian pada tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya diperingati dengan pendirian monumen-monumen di kota Bengkulu oleh pemerintah Inggris.
Marlborough masih berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa Hindia Belanda tahun 1825-1942, Jepang tahun 1942-1945, dan pada perang kemerdekaan Indonesia. Sejak Jepang kalah hingga tahun 1948, benteng itu manjadi markas Polri. Namun, pada tahun 1949-1950, benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda. Setelah Belanda pergi tahun 1950, benteng Marlborough menjadi markas TNI-AD. Hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.
Rumah/Tempat Tinggal Pengasingan Bung Karno
Rumah ini terletak di tengah Kota Bengkulu, tepatnya di jalan Sukarno Hatta Kelurahan Anggut Atas kecamatan Gading Cempaka. Awalnya, rumah tersebut adalah milik seorang pedagang Tionghoa yang bernama Lion Bwe Seng yang disewa oleh orang Belanda untuk menempatkan Soekarno selama diasingkan di Bengkulu. Soekarno menempati rumah itu pada 1938-1942. Di rumah ini terdapat barang-barang peninggalan Soekarno. Ada ranjang besi yang pernah dipakai Soekarno dan keluarganya, koleksi buku yang mayoritas berbahasa Belanda serta seragam grup tonil Monte Carlo asuhan Soekarno semasa di Bengkulu. Ada juga foto-foto Soekarno dan keluarganya yang menghiasi hampir seluruh ruangan dan yang tidak kalah menarik adalah sepeda tua yang dipakai Soekarno selama di Bengkulu.
Masjid Jami’ di Bengkulu
Masjid Jami’ di Bengkulu merupakan hadiah dan kenang-kenangan Bung Karno, terletak 1,2 km dari benteng Marlborough. Masjid ini berbentuk limas dengan tembok cukup rendah sehingga jika dilihat dari jauh. Masjid ini terkesan sangat mirip dengan piramida di Mesir. Pada tahun 1938, masjid ini didesain ulang, dengan masyarakat yang berperan mendanai pembangunan masjid, bung Karno memimpin langsung dengan menjadi arsitek masjid tersebut. Salah satu hal unik dari masjid ini adalah perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa, di mana atap limas khas Jawa berpadu dengan arsitektur khas Tionghoa. hal ini menjadi tanda perkawinan antar budaya yang berkolaborasi dalam bangunan masjid ini.
Luas bangunan utama masjid ini 14,65x14,65 m, sedangkan luas serambinya adalah 11,46x7,58 m.
Tugu Thomas Parr (Thomas Parr Monument)
Tugu Thomas Parr adalah sebuah monumen yang terletak di Bengkulu, Bengkulu, Indonesia dan didedikasikan kepada Thomas Parr, Residen Inggris di Bengkulu yang terbunuh pada 1807. Dibangun setahun setelah kematiannya, bangunan tersebut dianggap sebagai cagar budaya.
Bengkulu jatuh dibawah kekuasaan Perusahaan Hindia Timur Inggris pada abad ke-17. Perusahaan tersebut membangun sebuah benteng, Benteng Marlborough, dan mulai memerintah wilayah tersebut. Pada 1805, Thomas Parr dilantik menjadi Residen Bengkulu.
Tugu Thomas Parr berbentuk oktagonal, yang meliputi wilayah seluas 70 square meter (750 sq ft). Tugu tersebut memiliki tinggi dengan ukuran 135-meter (443 ft) dengan sebuah kubah diatasnya. Karena kubah tersebut, tugu tersebut juga dikenal oleh orang lokal sebagai "Kuburan Bulek".
Tugu Thomas Parr terletak di sepanjang Jalan Ahmad Yani, di subdistrik Kampung Cina di Kota Bengkulu, Bengkulu. Tempat tersebut tidak jauh dari pusat kotanya dan mudah diakses.
Monumen tersebut berjarak sekitar 170 meter (560 ft) dari tenggara Benteng Marlborough, bekas tempat pertahanan Inggris di wilayah tersebut. Tempat tersebut aslinya berada di dekat bangunan-bangunan yang dibangun pemerintahan Perusahaan Hindia Timur dan dewa pemerintahan Inggris. Namun, wilayah tersebut kemudian menjadi tempat komersial, dengan beberapa toko dan sebuah kantor pos yang terletak di dekat tugu tersebut.
Kampung Cina/Tionghoa
Kampung tionghoa adalah sebuah tempat yang memiliki 20 buah bangunan rumah dengan corak arsitektur khas Tionghoa. Bangunan ini terletak di sebelah selatan bangunan benteng Marlborough. Bangunan yang terletak di Malabero, Tlk. Segara, Kota Bengkulu, Bengkulu 38119 ini telah ada semenjak masa Kolonial Inggris di Bengkulu. Salah satu aspek yang kental dari bangunan khas Tionghoa adalah atap lengkung dan pola jendela yang di atasnya terdapat semacam ventilasi udara. Keberadaan kampung ini menjadi salah satu bukti bagi para sejarawan, bahwa bangsa Tionghoa telah ada di Indonesia sebelum abad ke-18.
Makam/Persemayaman Panglima Sentot Ali Basya
Makam Sentot Ali Basya terletak di Desa Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Bengkulu. Sentot Alibasyah merupakan salah satu Panglima Pangeran Dipenegoro yang dikirim ke Bonjol sewaktu Perang Padri.
Sentot Prawirodirdjo (1807 - Bengkulu, 17 April 1855) yang juga di kenal sebagai Sentot Ali Pasha, atau orang-orang mengenalnya sebagai Sentot Ali Basha. Adalah seorang panglima perang pada masa Perang Diponegoro. Ia adalah putra dari Ronggo Prawirodirjo, ipar Sultan Hamengku Buwono IV. Ayahnya dianggap pemberontak karena melawan Belanda dan terbunuh oleh Belanda yang saat itu dipimpin oleh Daendels. Dengan kematian ayahnya, Sentot Prawirodirdjo merasa dendam kepada Belanda sehingga akhirnya bergabung dengan Pangeran Diponegoro.
Gelar Ali Pasha yang juga berarti Panglima Tinggi didapatkan Sentot Prawirodirjo oleh kerajaan Turki saat dia belajar ilmu kemiliteran dan perang di turki.
Dalam perjuangannya melawan penindasan kerajaan Belanda di tanah jawa Sentot Prawirodirdjo akhirnya dibujuk Belanda untuk meletakkan senjata pada tanggal 1829 dan dikirim ke Sumatera Barat untuk melawan pemberontakan para ulama dalam Perang Padri. Namun itu semua tidak lain merupakan strategi yang monumental dari Sentot dalam upaya mendapatkan persenjataan dari kerajaan Belanda, untuk digunakan dalam membantu perjuangan Tuanku Imam Bonjol melawan penjajahan Belanda dan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah dalam Perang Padri.
Sentot Prawirodirjo wafat dalam usia 48 tahun dalam pembuangannya oleh Belanda di Bengkulu.
Rumah Fatmawati
Rumah Ibu Fatmawati Soekarno Bengkulu merupakan salah satu tujuan wisata di provinsi Bengkulu yang ber alamat di Jl. Fatmawati No. 10, Penurunan, Ratu Samban, Kota Bengkulu, Bengkulu 38222.
Rumah kediaman Ibu Fatmawati ini terbuat dari kayu bercat cokelat dan terlihat sangat sederhana. Berbentuk panggung seperti rumah jaman dulu di kawasan Bengkulu, patung setengah badan Ibu Fatmawati menyambut di halaman.
Dihiasi bendera merah putih, di halaman yang berukuran tidak terlalu besar itu berdiri sebuah panggung.
Di salah satu ruangan, terdapat mesin jahit berwarna merah yang terlihat usang termakan usia. Dari keterangan yang diberikan Marwan, mesin jahit inilah yang digunakan Ibu Fatmawati untuk menjahit bendera pusaka di Jakarta.
Kantor Pemerintahan Thomas Stamford Raffles / Gedung Daerah, rumah Raffles di Bengkulu
Istana Stamford Raffles (Rumah Gubernur Inggris Thomas Stamford Raffles) merupakan rumah yang dulu digunakan oleh Sir Thomas Stamford Raffles semasa menjadi gubernur jenderal di Bengkulu, kini sudah mengalami renovasi dan banyak perubahan. Bahkan alih fungsi menjadi rumah dinas Gubernur Bengkulu. Lokasinya di seberang lapangan Merdeka Bengkulu.
Bangunan ini terletak sekitar 300 meter ke arah Utara Benteng Marlborough. Diantara kedua bangunan penting ini terdapat Tugu Thomas Parr yang merupakan salah satu monumen penting baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa Indonesia. Konon cerita pada masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur ini dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah Tugu thomas Parr.
Makam Inggris (the Christian Cemetery)
Makam Inggris (the Christian Cemetery) merupakan bukti lain tentang peradaban yang dibangun East India Company di Bengkulu. Jaraknya dari benteng Marlborouh kurang lebih sekitar 800 meter ke arah timur. Awalnya, makam ini untuk ratusan tentara yang meinggal di masa awal kolonisasi. Mereka wafat karena berbagai penyakit tropis akibat sanitasi buruk seperti kolera, malaria, disentri, dan juga korban perang.
Area makam Inggris tadinya ada sekitar 1.000 nisan berbagai ukuran yang artistik dan monumental. Luasnya kurang lebih 4,5 hektare. Namun kabarnya, kini hanya tersisa 53 makam. Lahan makam sebagian sudah dibangun gereja dan bangunan lain, juga rumah tinggal.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar