Tampilkan postingan dengan label Sosiologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosiologi. Tampilkan semua postingan
Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga


Keluarga merupakan unit sosial terkecil dan memiliki peran penting yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga memiliki beberapa fungsi tertentu. Berikut ini adalah penjelasan mengenai fungsi keluarga.

A.Fungsi Keluarga menurut Soejono Prawiraharja
Menurut Soejono Prawiraharja yang merupakan seorang psikiater di UGM, keluarga memiliki fungsi sebagai berikut :

  • Melahirkan anak sebagai kelanjutan identitas keluarga.
  • Mempertahankan ekonomi keluarga.
  • Membesarkan anak.
  • Meletakkan dasar-dasar sosialisasi.
  • Merupakan wadah pendidikan informal.
  • Tempat terselenggaranya transmisi (perpindahan) kebudayaan dari generasi ke generasi.
  • Tempat rekreasi, kehangatan, dan kontrol terhadap keluarga.

B.Fungsi Keluarga Secara Umum
Secara umum, keluarga memiliki fungsi sebagai berikut :

  1. Fungsi Reproduksi : Dalam keluarga, anak-anak merupakan wujud cinta kasih dan tanggung jawab suami istri meneruskan keturunanya.
  2. Fungsi Sosialisasi : Keluarga berperan membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakat.
  3. Fungsi Afeksi : Keluarga akan memberikan kehangatan, kasih sayang, dan perhatian kepada anaknya.
  4. Fungsi Ekonomi : Keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
  5. Fungsi Pengawasan Sosial : Setiap anggota keluarga saling melakukan kontrol dan pengawasan untuk menjaga nama baik keluarga. Namun biasanya anggota yang lebih tua yang melakukan hal ini.
  6. Fungsi Proteksi (Perlindungan) : Keluarga harus melindungi anak agar anak merasa aman hidup ditengah-tengah keluarga dan tidak khawatir terhadap ancaman dari luar.
  7. Fungsi Pemberian Status : Melalui perkawinan, seseorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di masyarakat, yaitu sebagai suami atau istri. Secara otomatis, ia akan diperlakukan sebagai orang dewasa dan mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak, dan masyarakatnya.

Itu tadi penjelasan mengenai fungsi keluarga. Semoga artikel ini dapat menambah ilmu pembaca mengenai fungsi keluarga.

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, dan jangan lupa nantikan artikel kami yang menarik dan bermanfaat selanjutnya.

Referensi :
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2012. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Esis 
Pengertian dan Penyebab Urbanisasi

Pengertian dan Penyebab Urbanisasi


Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang dimaksud dengan urbanisasi adalah perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan).  Urbanisasi dapat terjadi diakibatkan oleh sebab-sebab tertentu. Apa saja penyebabnya? Berikut ini adalah penjelasan mengenai penyebab terjadinya urbanisasi.

Penyebab Urbanisasi

A.Daya Tarik Ekonomi 
Salah satu penyebab terjadinya urbanisasi adalah karena di kota terdapat daya tarik ekonomi. Orang berharap di kota ia mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan yang ada di desa. Hal inilah yang membuat banyak orang desa ingin pindah ke kota.

B.Daya Tarik Sosial
Di kota terdapat banyak status sosial yang lebih tinggi dari desa. Sehingga banyak warga desa yang ingin meningkatkan status sosial mereka. Oleh karena itu banyak warga desa yang berpindah ke kota. Peningkatan status sosial ini bisa dari pendidikan ataupun dari pekerjaan. Misalnya orang yang tadinya di desa bekerja sebagai petani, ketika di kota ia meningkatkan status sosialnya menjadi seorang pegawai negeri.

C.Daya Tarik Pendidikan
Fasilitas pendidikan di kota tentu lebih baik daripada yang ada di desa. Hal inilah yang mendorong orang tua untuk menyekolahkan anak mereka di kota dengan harapan setelah lulus pendidikan yang tinggi, anak tersebut mampu untuk meningkatkan status sosial keluarganya.

D.Daya Tarik Budaya
Kota sering dianggap oleh masyarakat sebagai tempat yang serba modern dan memiliki banyak tempat hiburan. Berbeda dengan desa yang dianggap masyarakat sebagai tempat kuno dan tidak banyak tempat hiburan. Hal inilah yang membuat banyak orang desa pindah ke kota dan setelah berhasil di kota ia akan mengikuti pola kehidupan di kota yang glamor ketika kembali ke desanya agar tidak dianggap kuno.

Itu tadi penjelasan mengenai penjelasan mengenai pengertian dan penyebab terjadinya urbanisasi. Semoga artikel ini dapat membantu pembaca dalam mengetahui mengapa urbanisasi dapat terjadi.

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, dan jangan lupa nantikan artikel kami yang menarik dan bermanfaat selanjutnya.

Referensi :
1.Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2012. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Esis 
2.https://www.kbbi.web.id/urbanisasi
Pola Menetap Sesudah Perkawinan

Pola Menetap Sesudah Perkawinan


Pasangan suami dan istri yang baru saja menikah tentu membutuhkan tempat tinggal untuk membangun keluarganya. Ada beberapa pola menetap yang biasanya kita kenal dan digunakan oleh suami atau istri yang sudah menikah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai pola menetap tersebut.

Pola Menetap Sesudah Perkawinan
Dalam sosiologi ada beberapa pola menetap sesudah perkawinan. Berikut ini adalah polanya :

  1. Patrilokal (virilokal), yaitu pasangan suami istri yang bertempat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami.
  2. Matrilokal (otorilokal), yaitu pasangan suami istri yang bertempat tinggal di sekitar kerabat istri.
  3. Bilokal, yaitu pasangan suami istri menetap secara bergantian antara kerabat istri dan kerabat suami.
  4. Neolokal, yaitu pasangan suami istri bertempat tinggal di tempat baru.
  5. Avunkulokal, yaitu pasangan suami istri menetap di rumah saudara laki-laki ibu (paman) dari pihak suami.
  6. Natalokal, yaitu suami dan istri tidak tinggal di tempat yang sama tetapi tinggal di tempat kelahirannya masing-masing dan hanya bertemu untuk waktu yang relatif pendek.
  7. Utrolokal, yaitu pasangan suami istri bebas menentukan tempat tinggalnya.
  8. Komonlokal, yaitu pasangan suami istri bertempat tinggal dalam kelompok yang terdiri dari orang tua kedua belah pihak.

Itu tadi penjelasan mengenai pola menetap sesudah perkawinan. Semoga artikel ini dapat memberi informasi mengenai pola menetap sesudah perkawinan.

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, dan jangan lupa nantikan artikel kami yang menarik dan bermanfaat selanjutnya.

Referensi :
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2012. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Esis 


Fungsi Lembaga Pendidikan

Fungsi Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan tempat bagi masyarakat modern untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam seperti spesialisasi dalam pekerjaan. Sebab pengetahuan mengenai spesialisasi pekerjaan ini cukup sulit untuk didapatkan dari lembaga keluarga ataupun lainnya. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki fungsi didalam masyarakat. Berikut ini adalah beberapa pendapat ahli mengenai fungsi lembaga pendidikan di masyarakat.

Fungsi Lembaga Pendidikan
Beberapa ahli berusaha untuk mengemukakan pendapatnya mengenai fungsi lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Berikut ini pendapat dari mereka.

1.Bruce J. Cohen
Menurut Bruce J. Cohen, lembaga pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut ini :

  • Memberikan persiapan bagi peranan-peranan pekerjaan.
  • Sebagai perantara perpindahan warisan kebudayaan.
  • Memperkenalkan peranan dalam masyarakat.
  • Mempersiapkan individu dengan berbagai peranan sosial.
  • Memberi landasan penilaian dan pemahaman.
  • Meningkatkan kemajuan melalui riset-riset ilmiah.
  • Memperkuat penyesuaian diri dan mengembangkan hubungan sosial.

2.Bogardus
Menurut Bogardus, lembaga pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut ini :

  • Memberantas kebodohan, yaitu mengusahakan agar seorang anak mampu menulis dan membaca, serta mengembangkan kemampuan intelektualnya.
  • Menghilangkan salah pengertian, yaitu mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia yang berbeda kebudayaan dan kepentingannya.


    3.David Popenoe
    Menurut David Popenoe, lembaga pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut ini :
    • Sebagai transmisi (pemindahan) kebudayaan masyarakat, yaitu selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakatnya.
    • Menjamin adanya integrasi sosial di tengah masyarakat yang majemuk.
    • Sumber inovasi sosial


      4.Horton dan Hunt
      Menurut Horton dan Hunt terdapat 2 fungsi lembaga pendidikan, yaitu fungsi manfies (nyata) dan fungsi laten. Berikut ini adalah penjelasan keduannya.
      a.Funsgi manifes (nyata) :
      • Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
      • Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan kepentingan masyarakat.
      • Melestarikan kebudayaan.
      • Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipan dalam demokrasi.
      b.Fungsi laten :
      • Mengurangi pengendalian orang tua, melalui sekolah orangtua melimpahkan tugas dan wewenang mendidik anak kepada sekolah.
      • Menyediakan sarana pembangkangan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
      • Mempertahankan sistem kelas sosial.
      • Memperpanjang masa remaja.


        Itu tadi penjelasan mengenai fungsi lembaga pendidikan. Semoga artikel ini dapat membantu pembaca dalam mengetahui fungsi dari lembaga pendidikan.
        Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, dan jangan lupa nantikan artikel kami yang menarik dan bermanfaat selanjutnya.

        Referensi :
        1.Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2012. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Esis
        2.Suparno, N dan T.D Haryo Tamtomo. 2016. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Esis
        Pengertian Homogami dan Heterogami

        Pengertian Homogami dan Heterogami


        Pernahkah anda mendengar kata homogami atau heterogami? Mungkin kata ini masih cukup jarang terdengar di telinga kita sebab jarang digunakan. Lalu, apakah yang dimaksud dengan homogami dan heterogami tersebut? Berikut ini adalah penjelasannya.

        A.Pengertian Homogami
        Homogami dapat diartikan sebagai perkawinan antara anak-anak yang berasal dari keluarga yang memiliki kedudukan sosial yang sama. Misalnya perkawinan antara seorang anak bangsawan dengan anak bangsawan lain, atau perkawinan antara anak dari suku Sunda menikah dengan anak dari suku Sunda.

        B.Pengertian Heterogami
        Heterogami dapat diartikan sebagai perkawinan antara anak-anaka yang berasal dari keluarga yang memiliki kedudukan sosial yang berlainan. Misalnya perkawinan antara seorang anak bangsawan dengan seorang anak biasa, atau perkawinan antara anak dari suku Jawa menikah dengan anak dari suku Sunda.

        Itu tadi penjelasan mengenai pengertian homogami dan heterogami. Semoga artikel ini memperkaya ilmu pembaca dalam mengetahui kata-kata yang jarang didengar.

        Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, dan jangan lupa nantikan artikel kami yang menarik dan bermanfaat selanjutnya.

        Referensi :
        Suparno, N dan T.D Haryo Tamtomo. 2016. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Esis
        Pengertian Endogami dan Eksogami

        Pengertian Endogami dan Eksogami


        Mungkin anda pernah mendengar kata endogami atau eksogami? kedua kata ini memang sangat asing terdengar di telinga kita sebab jarang digunakan. Lalu, bagi anda yang mungkin pernah mendengarnya pasti ingin mencari tau apa arti dari dua kata tersebut. Berikut ini adalah penjelasannya.

        A.Endogami
        Maksud daripada endogami adalah perkawinan yang berasal dari lingkungan sendiri. Contohnya, perkawinan satu klan, satu suku, atau satu kerabat. Misalnya laki-laki yang merupakan suku jawa menikah dengan perempuan yang juga merupakan suku jawa.

        B.Eksogami
        Maksud daripada eksogami adalah perkawinan yang berasal dari luar lingkungan sendiri, yang artinya kebalikan dari endogami. Pekawinan eksogami bebas memili jodoh di luar klan, kerabat, atau etnisnya. Ada dua jenis eksogami, yaitu Connubium circulasi atau asimetris (sepihak) yang artinya perkawinan terdiri atas dua klan yang hanya mempunyai satu kedudukan sebagai pemberi atau penerima gadis. Selanjutnya ada Connubium symetris, yaitu hubungan perkawinan antara dua klan, di mana kedua klan tersebut saling tukar jodoh bagi para pemudannya.

        Itu tadi penjelasan mengenai pengertian dari endogami dan eksogami. Semoga artikel ini dapat memberi ilmu kepada pembaca mengenai endogami dan eksogami.

        Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, dan jangan lupa nantikan artikel kami yang menarik dan bermanfaat selanjutnya.

        Referensi :
        Suparno, N dan T.D Haryo Tamtomo. 2016. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Esis
        Pengertian Monogami dan Poligami

        Pengertian Monogami dan Poligami


        Bagi yang sering menonton infotainment tentu sudah tidak asing lagi mendengar kata poligami. Selain poligami, ada juga yang disebut dengan monogami. Lalu apakah pengertian dari keduanya? berikut ini adalah penjelasannya.

        A.Pengertian Monogami
        Monogami berarti perkawinan antara satu laki-laki dengan satu perempuan..

        B.Pengertian Poligami
        Poligami berarti perkawinan antara seseorang dengan lebih dari satu istri atau suami. Perkawinan poligami dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

        1.Poligini
        Poligini adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan. Ada 2 macam poligini, yaitu poligini sororat yang berarti perkawinan seorang laki-laki dengan beberapa perempuan yang bersaudara kandung, dan poligini nonsororat yang berarti perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan yang tidak bersaudara kandung.

        2.Poliandri
        Poliandri adalah perkawinan antara seorang peremupan dengan beberapa laki-laki. Ada 2 macam poliandri, yaitu poliandri fraternal yang berarti perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa laki-laki bersaudara kandung, dan poliandri nonfraternal yang berarti perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa laki-laki yang tidak bersaudara kandung.

        Itu tadi penjelasan mengenai pengertian monogami dan poligami. Semoga artikel ini dapat memberitahu arti dari monogami dan poligami kepada pembaca.

        Terima kasih telah berkunjung di blog ini, dan jangan lupa nantikan artikel kami yang menarik dan bermanfaat selanjutnya.

        Referensi :
        Suparno, N dan T.D Haryo Tamtomo. 2016. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Esis