Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold - Basic)


Hello Guys, Welcome Back in yaudahkasideh blog. Hasyiap, kali ini kita ngomongin tentang Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold - Basic) and tanpa berlama lama, Yaudahkasideh!!!


Pengertian Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan (cost of good sold) adalah semua biaya yang muncul dalam rangka menghasilkan suatu produk hingga produk tersebut siap dijual.

Harga Pokok Penjualan yang biasa disingkat HPP (COGS) merupakan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi barang dan jasa yang dapat dihubungkan secara langsung dengan aktivitas prosess yang membuat produk barang dan jasa siap jual.

harga pokok penjualan
Harga Pokok Penjualan HPP

Struktur Harga Pokok Penjualan

Dari definisi harga pokok penjualan diatas, bisa kita dapatkan struktur dasar dalam harga pokok penjaualan umumnya terdiri dari tiga elemen besar:
  • Persediaan atau inventori
  • Tenaga kerja langsung (direct labour cost)
  • Biaya overhead (overhead cost)

# 1. Persediaan | Inventory

Dalam perusahaan dagan, element persediaan (inventory) hanya terdiri atas persedian barang jadi saja, dikenal dengan istilah Inventory

Sedangkan pada perusahaan manufaktur, elemen persediaan meliputi:
  • Raw materials (persedian bahan baku)
  • Work in process atau WIP (persediaan barang dalam proses)
  • Inventory (persediaan barang jadi)

Elemen persediaan yang dimaksud adalah besarnya persediaan yang terjual.

Untuk mengetahui jumlah persediaan yang telah terjual, ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu, yaitu:
    1. Persediaan awal
    2. Pembelian (dalam usaha dagang)
    3. Harga pokok produksi (dalam perusahaan manufakture)
    4. Persediaan akhir.
    5. Persediaan yang digunakan atau disebut juga barang tersedia untuk dijual

      1. Persediaan Awal

      Persediaan Awal merupakan nilai jumlah persediaan yang telah dimiliki sebelum proses pada periode berjalan dimulai.

      Artinya, persediaan telah ada dahulu sebelum operasi pada periode sekarag dimulai

      2. Pembeliaan

      Perlu diingat, bahwa yang diakui adalah merupakan pengeluaran atau 'cost yang terjadi'.

      Sehingga jumlah pembelian yang diakui sebesar cost yang muncul saja, ini diwujudkan dalam bentuk pengeluaran kas ataupun pengakuan utang dagang.

      Jadi besarnya nilai pembelian yang diakui sebesar nilai net purchase atau nilai bersihnya saja.

      Hal seperti ini perlu dipertegas karena dalam prakteknya sangat sering perusahaan sbagai pembeli, apakah itu pembelian untuk barang jadi (dalam perusahaan dagnag) ataupun dalam pembelian raw material (bahan baku) dalam perusahaan manufaktur mendapatkan diskon (potongan harga), atau bisa terjadi juga return barang (pengembalian) kepada penjual.

      Untuk mendapatkan nilai bersihnya (net purchase) maka diperlukan struktur menjadi,:
      • Gross purchases (atau biasanya tertulis purchase saja)
      • Discount (potongan harga)
      • Return (pengembalian barang)
      • Net purchase (pembelian bersih)

      3. Persediaan Akhir

      Persedian akhir merupakan besarnya nilai persediaan yang dibukukan sebagai 'persediaan' pada akhir periode

      4. Persediaan yang Digunakan atau Persediaan Tersedia Untuk Dijual   

      5. Persediaan tersedia untuk dijual (BTOD) merupakan besarnya nilai persediaan:

      • Barang dagang yang terjual, ini berlaku untuk usaha dagang
      • Besarnya bahan baku yang digunakan dan barang dagang yang terjual, ini berlaku untuk perusahaan manufaktur.

        # 2. Direct Labour Cost (Tenaga Kerja Langsung)

        Tenaga kerja langsung (TKL) adalah upah yang diberikan atau dibayarkan kepada karyawan/tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pengolahan barang dagang.

        Disebut biaya tenaga kerja langsung apabila besar kecilnya upah yang dibayar tergantung pada jumlah unit produk yang dihasilkan

        Biaya yang dikelompokkan kedalam direct labor cost merupakan tenaga kerja yang bayarannya berdasarkan pada: upah satuan atau upah harian per jam

        Dalam direct labor yang dibayar dengan upah satuan bisa kita lihat dengan jelas sekali kalau tenaga kerja model ini bisa dibebankan secara langsung pada produk yang dihasilkan

        Apabila upah yang dibayar berdasar pada jumlah jam kerja,maka umumnya perusahaan sudah menentukan satuan jumlah yang harus diproduksi untuk rentang waktu tertentu baik itu perjam atau perhari.

        Sehingga di akhir perhitungan bisa diketahui berapa besar biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan untuk satu unit produk dan total biaya tenaga kerja langsung untuk akumulasi produk yang diproduksi/dihasilkan.

        Dalam perusahaan dagang yang kecil, biaya tenaga kerja langsung cenderung sulit agar dapat dialokasikan dengan semestinya, sehingga biaya tenaga kerja langsung hanya dapat ditemukan pada perusahaan manufaktur atau perusahaan tambang.

        # 3. Overhead Cost

        Biaya overhead adalah biaya yang muncul selain dari elemen elemen yang telah disebut diatas, biasanya diistilahkan dengan indirect cost atau biaya tidak langsung.

        Jenis biaya overhead sangat bervariasi tergantung dari skala usaha, jenis usaha serta jenis sumber daya yang digunakan oleh perusahaan.

        Biaya overhead yang paling sering ditemui dalam usaha manufaktur ataupun usaha dagang contohnya:
          1. Biaya sewa (rental cost)
          2. Depresiasi mesin dan peralatan (depreciation) 
          3. Penyusutan gedung pabrik (depreciation)
          4. Biaya listrik dan air pabrik (factory’s utilities)
          5. Biayta pemeliharaan pabrik dan mesin (maintenance)
          6. Biaya opngemasan (packaging)
          7. Gudang
          8. Sampel produksi (preproduction sampling)
          9. Ongkos kirim
          10. Kontainer (Continer)

            Siklus serta Alur Jurnal Harga Pokok Penjualan

            # Inventory

            Inventori yang ada pada neraca periode sebelumnya menjadi persediaan awal di periode saat ini.

            Apabila persediaan berhasil terjual diperiode berjalan, maka persedian tersebut di-biaya-kan serta diakui sebagai HPP (harga pokok penjualan).

            Proses pembebanan persediaan dilakukan saat barang diserahkan (terjual) dengan penjurnalan seperti ini:

            Debet | HPP
            Kredit |
            Inventory

            Notes:
            Untuk membebankan persediaan terjual kedalam HPP, jurnal tersebut:
            • Sisi Debet akan menambah HPP pada laporan laba rugi
            • Sisi Kredit akan menguraangi persediaan dalam neraca pada akhir periode.
            Jurnal diatas berpasangan dengan jurnal:

            Debit|Kas atau Piutang
            Kredit|Penjualan

            Notes: Untuk mengakui adanya penjualan serta piutang atau penerimaan kas pada periode tersebut.

            Apabila dalam periode yang sama ada penambahan persediaan karena pembelian barang dagang, maka pembelian itu menambah jumlah nilai inventory (persediaan barang dagang).

            Jurnal atas pembelian tersebut dicatat:

            Debit|Inventory
            Kredit|Kas / Utang Dagang


            Notes:

            Sisi debit menambah nilai persediaan dalam neraca
            Sisi kredit mengurangi kas atau menambah akun utang dagang di neraca

            Dan apabila sebagian dari barang tersebut terjual, maka bagian persediaan yang terjual akan dibebankan kepada HPP seperti alur pertama tadi dan jurnalnya sama saja.

            # Barang Dalam Proses dan Bahan Baku (Work In Process dan Raw Material)

            Dalam perusahaan manufakture, selain persediaan barang jadi, terdapat juga work in process atau persediaan barang dalam proses serta persediaan raw material (bahan baku)

            Persediaan barang dalam proses dan raw material yang ada dalam neraca periode lalu akan jadi persediaan awal di periode berjalan.

            Apabila persediaan terpakai ketika aktivitas pada periode berjalan, maka persediaan yang telah terpakai tersebut dibebankan pada harga pokok penjualan, dengan penjurnalan:

            Jurnal untuk bahan baku:

            Debit | Persediaan barang dalam proses
            Kredit | Persediaan bahan baku

            Jurnal untuk barang dalam proses:

            Debit | Inventory
            Kredit | Persediaan barang dalam proses


            Apabila terjadi suatu pembelian bahan baku, maka pembelian itu akan menambah persediaan bahan baku didalam neraca.

            Pembelian tersebut dijurnal dengan:

            Debit | Bahan baku
            Kredit | Kas / utang dagang


            Selanjutnya, apabila sebagian dari bahan baku yang dibeli tadi digunakan, maka dicatat dengan jurnal sama seperti pembebanan persedian bahan baku kedalam persediaan barang dalam proses diatas.

            # Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead (direct labor cost and over head cost)

            Biaya tenaga kerja langsung diakumulasikan raw material usage serta work in proces usage akan menghasilkan harga pokok produksi, dan selanjutnya harga pokok produksi dan inventori akan menghasilkan harga pokok penjualan

            Perhitungan Dasar HPP | Harga Pokok Penjualan

            Perhitungan HPP bisa dirumuskan dengan berikut ini:

            HPP = Inventory Usage + Direct Labor Cost + Overhead Cost

            Inventory usage bisa diturunkan menjadi:

            Saldo Awal + Pembelian  - Saldo Akhir

            Pembelian bisa diturunkan menjadi:

            Pembelian - Potongan Pembelian - Return Pembelian

            Format Pelaporan Harga Pokok Penjualan

            Melihat Struktur, alur serta perhitungan HPP seperti tadi, maka format laporan HPP bisa kita susun.

            Namun contoh bentuk laporannya nanti saja pada postingan berikutnya..
            Baca artikel lain tentang:

            Share:


            Artikel Terkait

            Tidak ada komentar:

            Posting Komentar