Apa itu Teori Portofolio?
Teori Portofolio dan Analisis Investasi - '
Don't put all your eaggs in one basket' Jangan letakkan telurmu didalam satu keranjang. Letakanlah dibeberapa keranjang. Mengapa ?
Telur yang diletakkan dalam satu keranjang, apabila keranjangnya jatuh, maka semua telur yang anda miliki akan pecah. Tidak tersisa. Namun apabila telur diletakkan kebeberapa keranjang, ketika kerajang satu jatuh, masih ada keranjang lain yang tidak jatuh. Masih ada telur yang anda miliki.
Harry M. Makowitz [1927] lah orangnya yang mengenalkan istilah tersebut. Dan jangan salah sangka, Harry M. Makwitz bukanlah pedagang telur. Dia seorang ahli ekonomi dan bahkan sempat meraih nobel ekonomi. Makowitz menggunakan Istilah telur untuk menggambarkan TEORI PORTOFOLIO. Portofolio Investasi.
Pengertian portofolio adalah sekumpulan atau kombinasi dua atau lebih jenis investasi dengan tingkat risiko dan keuntungan yang berbeda beda dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan risiko yang minim.
Kita tahu bahwa tujuan melakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan risiko yang seminimal mungkin. Agar risiko investasinya tidak tinggi, diversifikasi investasi dari teori portofolio adalah salah satu caranya.
Teori portofolio menyarankan untuk berinvestasi tidak hanya pada satu jenis investasi saja. Namun beberapa jenis investasi. Baik yang sejenis ataupun tidak sejenis.
Tujuannya tentu untuk mengurangi risiko. Apabila satu investasi mengalami kerugian, maka akan ada inevstasi yang lain yang bisa menutupinya. Namun jika keputusan investasi hanya pada satu jenis investasi saja, jika investasi tersebut merugikan, maka habis sudah. Tidak ada yang tersisa, tidak ada yang bisa membackup menutupi kerugiannya.
Ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih dan dikombinasikan. Ada investasi dalam bentuk aktiva (aset) seperti membangun pabrik, ekspansi usaha, membeli properti dan lain lain. Ada pula investasi yang berbentuk aset finansial seperti deposito, sekuritas yang bisa obligasi dan saham atau produk derivatif.
Khusus untuk portofolio aset sekuritas ada jasa manajemen investasi yang mengelola portofolio sekuritas secara kolektif dalam sekelompok investor (nasabah). Dan ada yang disebut dengan reksadana.
Portofolio paling tidak ada dua jenis investasi yang bisa dipilih investor. Untuk menyusun portofolio, investor bisa melakukan diversifikasi investasi (memilih beberapa jenis investasi) untuk mengurangi risiko.
Risiko yang bisa tekan dari portofolio adalah risiko non sistematis. Risiko investasi terdiri dari dua macam, Risiko sistematis dan risiko non sistematis.
Risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang umumnya berasal dari luar perusahaan, bersifat makro. Berdampak pada semua perusahaan yang ada dipasar. Risiko ini cenderung lebih sulit untuk dihindari.
Contohnya risiko pasar, risiko finansial, risiko politik, risiko bunga dan risiko nilai tukar yang fluktuatif. Perubahan perubahan yang terjadi dipolitik misalnya, bisa mempengaruhi performa sebuah perusahaan. Dan itu tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan.
Risiko non sistematis (unsystematic risk) risiko yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada mikro perusahaan tertentu. Hanya mempengaruhi perusahaan tersebut, tidak semua perusahaan bisa terdampak. Risiko non sistematis bisa diusahakan ditekan dengan portofolio.
Jadi portofolio hanya mengurangi risiko, bukan menghilangkan risiko. Risiko tetap ada, namun bisa ditekan.
Semakin banyak jenis investasi yang dipilih, semakin kecil risiko investasi yang mengancam. Tapi yang perlu diingat, banyaknya portofolio yang berlebih juga bisa berdampak buruk. Portofolio yang gemuk atau berlebih akan menyebabkan biaya-biaya yang berlebih pula, maka keuntungan akan berkurang karena banyaknya biaya yang dikeluarkan. Maka ada batasan batasan dalam menyusun portofolio investasi.
Selain itu tentu ada batasan dana yang dimiliki dalam berinvestasi diberbagai jenis investasi. Jenis investasi mana yang harus dipilih ?
Berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing masing instrumen investasi agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal dengan risiko yang paling kecil?
Pembentukan Portofolio
Untuk melakukan diversifikasi investasi dalam bentuk portofolio, tidak bisa langsung menanamkan invstasi kebeberapa instrumen investasi yang berbeda beda.
Namun ada beberapa hal hal yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu agar instrumen investasi yang akan dijadikan portofolio menghasilkan return yang maksimal. Tidak merugikan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan portofolio seperti:
- Modal (Capital)
- Tujuan (Objective)
- Waktu
- Profil Risiko
1. Modal (Capital)
Seberapa besar modal untuk investas yang dimiliki?
Besar kecilnya modal yang dimiliki berpengaruh terhadap portofolio investasi yang akan diambil. Semakin kecil modal maka semakin kecil pula kesempatan untuk melakukan diversifikasi investasi. Akan ada batasan batasan dalam pembentukan portofolio menyesuaikan dana yang ada.
2. Tujuan (Objective)
Apa tujuan melakukan investasi? Apa tujuannya membeli properti ? apa tujuannya membeli saham? apa tujuannya membeli obligasi? dan instrumen investasi yang lain. Tujuan yang berbeda akan menghasilkan portofolio yang berbeda pula
Tujuan yang ingin mendapatkan yield investasi tentu akan berbeda struktur portofolionya dengan yang bertujuan ingin mendapatkan capital gain.
3. Waktu
Waktu, seberapa cepat keuntungan investasi yang akan diperoleh juga turut diperhitungkan. Apakah investasi berorientasi jangka panjang atau jangka pendek.
4. Profil Risiko
Profil risiko berkaitan dengan karakter investor. Pemilihan portofolio biasanya menyesuaikan degan preferensi profil dari investor. Secara umum, setidaknya ada 3 jenis karakter investor dalam berinvestasi. Ada tipe investor konservatif, moderat dan agresif.
Investor konservatif umumnya akan memilih instrumen investasi yang secara fundamental kondisinya bagus. Cenderung main aman dengan menghidar dari risiko. Tidak terlalu menyukai kondisi yang fluktuatif. Tipe konservatif umumnya akan berinvestasi dalam instrumen investasi yang memiliki pengembalian jangka panjang.
Investor moderat adalah investor yang mempunyai toleransi terhadap risiko yang lebih tinggi asalkan keuntungan yang diperoleh sepadan dengan risikonya. Tipe moderat cenderung mengambil risiko investasi yang sedang.
Sedangkan investor tipe agresif lebih suka tantangan. Cenderung aktif berspekulasi tentang investasi yang berisiko tinggi.
Dengan mengetahui karakter investor, maka portofolio yang dibangun akan berorientasi pada kepentingan investor itu sendiri. Sesuai dengan yang dikehendaki.
Evaluasi Kinerja Portofolio | Analisis Investasi
Apapun jenis investasi yang dipilih, setidaknya harus dilakukan dengan hati-hati dan lakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio yang dijalankan. Setidaknya mengevaluasi kinerja portofolio memiliki 3 manfaat seperti ini:
- Untuk menganalisa dan mengetahui apakah portofolio yang dimiliki telah sesuai dengan apa yang diharapkan atau tidak
- Untuk bisa mengetahui instrumen investasi mana dalam portofolio yang miliki kinerja baik atau tidak
- Merevisi investasi dalam portofolio yang kurang menguntungkan.
Hal yang paling utama untuk evaluasi kinerja portofolio adalah risiko dan return portofolio.
Mengevaluasi apakah keuntungan yang diperoleh dari portofolio sesuai dengan risiko yang ada ?
Apakah keuntungan portofolio melebihi portofolio lainnya yang dijadikan patokan (benchmark) ?
Melakukan perbandingan dengan portofolio lain yang lain sebagai patokan bisa dilakukan. Apakah portofolio yang dimiliki menghasilkan keuntungan yang paling lebih tinggi atau lebih rendah.
Karena portofolio yang dijalankan terdiri dari beberapa jenis investasi, ada yang bagus dan ada yang tidak bagus, evaluasi dan cari instrumen investasi yang memiliki kinerja yang kurang memuaskan.
Jika hasilnya ternyata tidak memuaskan, portofolio sebaiknya harus dirombak. Terlebih pada instrumen investasi yang "busuk" diantara investasi yang baik.
Dalam mengevaluasi kinerja portofolio, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya:
- Tingkat risiko dan return
- Periode waktu
- Penggunaan benchmark (tolak ukur)
- Tujuan investasi
1. Tingkat Risiko dan Return
Semakin tinggi risiko, maka semakin juga tingkat keuntungan investasi yang diharapkan. Dalam mengevaluasi portofolio, apakah keuntungan yang diperoleh cukup memadai untuk bisa menutup risiko yang harus ditanggung.
Jangan sampai terjadi high risk, low return. Mendapatan keuntungan yang sedikit dari risiko yang investasi yang tinggi.
2. Periode Waktu
Perioe pengembalian return portofolio perlu diperhatikan. Misalkan dalam sebuah portofolio terdapat investasi saham A dan saham B. Sama sama menghasilkan return sebesar 10%. Saham A hanya memerukan waktu 5 tahun untuk menghasilkan keuntungan 10 % tersebut, Namun saham B perlu 7 tahun untuk return yang sama.
Saham B layak untuk dievaluasi, untuk dirombak bahkan dilepas digantikan dengan investasi yang lain.
3. Pengguanaan Benchmark
Ketika portofolio sudah dihitung risiko dan return-nya. Dan ketika hasilnya positif, misalkan portofolio secara umum menghasilkan return 10 %. Jangan berpuas dulu. Mengapa ?
Coba dibandingkan dulu dengan portofolio yang lain. Apakah return 10 % persen itu sudah besar? sudah normal? Belum tentu. Menentukan besar kecilnya harus ada tolok ukurnya. Harus ada benchamrknya yang dijadikan patokan. Benchmarknya yaitu portofolio yang lain.
Jika rata rata portofolio yang lain bisa menghasilkan return portofolio hingga 15 %. Maka portofolio yang hanya menghasilkan return % 10 persen tersebut perlu dievaluasi lagi. Perlu dirombak lagi. Investasi mana yang harus ditinggalkan dan investasi yang mana yang harus dipertahankan dalam portofolio.
4. Tujuan Investasi
Tujuan investai yang berbeda akan berpengaruh pada kinerja portofolio investasi yang dimiliki. Portofolio yang berorientasi pertumbuhan jangka panjang akan berbeda dengan yang berorientasi jangka pendek. Return portofolio yang kecil belum tentu buruk, tergantung pada tujuan investasi.
Misalnya, ketika dalam portofolio terdapat saham PT A. PT memutuskan untuk tidak membagikan dividen, laba yang ada akan dijadikan modal tambahan untuk ekspasi perusahaan. Ada kemungkinan saham PT A yang tidak membagikan dividen tersebut sahamnya dipasar modal akan semakin rendah. Bagi investor yang berorientasi return jangka pendek, itu bisa disebut dengan kerugian dan melepas saham PT A.
Namun bagi investor yang tujuan investasinya berorientasi jangka panjang, belum tentu merugikan. Justru akan menguntungkan karena kedepannya perusahaan tersebut akan lebih berkembang dengan tidak membagikan dividen. Tidak melihat penurunan harga saham sebagai sesuatu yang buruk dimasa depan.
Penilaian Kinerja Portofolio
Ada beberapa metode dalam menilai kinerja sebuah portofolio, antara lain:
- Indeks Sharpe | reward to variability ratio
- Indeks Treynor | reward to volatility ratio
- Indeks Jensen | Jensen's differential return
Pembahasan mengenai metode penilaian kinerja portofolio ini terlalu panjang dan teknis. Mungkin lain waktu saja penjelesannya.
1. Indeks Sharpe | Reward to Variability Ratio
Indeks sharpe ditemukan oleh William Sharpe. Indeks ini menggunakan benchmark yang berdasarkan pada capital market line (garis pasar modal). Capital market line maksudnya adalah garis yang menunjukkan kemunginan kemungkinan kombinasi portofolio yang terdiri atas aktiva beresiko dan aktiva bebas risiko.
Aktiva beresiko adalah aktiva dimana return pengembalian bersifat tidak pasti. Sedangkan aktiva bebas risiko adalah aktiva dimana return dimasa depan secara pasti bisa diketahui, contohnya surat utang negara.
Indeks sharpe ini mengevaluasi sebuah portofolio didasarkan pada tingkat return dan diversifiaksi portofolio
Caranya yaitu dengan membagi premi risiko sebuah portofolio dengan standar deviasnya. Semakin tinggi Indeks sharpe portofolio bila dibandingkan dengan portofolio yang lain maka semakin bagus kinerja portofolio tersebut.
2. Indeks Treynor | Reward to Volatility Ratio
Indeks Treynor dikemukakan oleh Jack Treynor. Indeks ini menggunakan security market line sebagai benchmarknya. Portofolio disini diasumsikan bahwa portofolio telah didiversifikasikan dengan sangat baik sehingga risiko yang dianggap mengancam adalah risiko sistematis.
Risiko tidak sistematis diabaikan dalam indeks treynor ini. Preferensi risiko personak tidak diperhitungkan. Treynor juga menyatakan ada beberapa komponen risiko yang diperhatikan, yaitu resiko yang ada pada pasar yang berfluktuatif dan sekuritas individual yang fluktuatif.
3. Indeks Jensen | Jensen's Differential Return
Indeks jensen ini memperlihatkan perebedaan expected return dengan aktual return jika portofolio berada pada garis pasar modal.
Pengukuran indeks jensen ini memerlukan tingkat return bebas risiko yang berbeda pada setiap interval waktu yang diperlukan karena masing masing return dan risiko portofolio akan bervariasi menyesuaikan periode waktunya.
Penutup
Di Indonesia perkembangan investasi begitu pesat bukan hanya semakin banyaknya investor yang bermain, meningkatnya jumlah dana yang diinvestasikan namun juga ditunjukkan dengan semakin meningkatnya opsi atau alternatif jenis instrumen investasi yang bisa dijadikan pilihan dalam berinvestasi.
Pengetahuan tentang teori portofolio menjadi wajib dimiliki dengan banyaknya jenis investasi yang akan diambil investor.
Diversifikasi mungkin adalah sifat dasar manusia. Insting manusia kebanyakan akan menempatkan harta yang dimiliki kedalam investasi dibeberapa tempat sekaligus.
Terkadang yang dicari bukan keuntungannya. Tapi hanya karena timbul "rasa nyaman" apabila terjadi sesuatu yang buruk pada salah satu harta yang dimilikinya, harta yang lain tetap aman.